Kado Natal
Oleh : Artika Vicentia Manik
Hari itu memang menjadi memori baginya, saat nafas terakhir mengiringi kepergiannya. Sungguh, meringis hatinya mengenang cerita silam di balik tirai putih berhiaskan cahaya. Bayangan demi bayangan kian mengoyak bulir-bulir lirih hatinya, tak menyangka tetesan air mata mulai mengguyur pipinya. Ya, memang tak karuan lagi, rasa itu pulalah mulai mengiris hati sampai lubuk terdalam. Ntah apa yang membuat dirinya terbayang akan sosok dia, yang selalu menyapanya dengan lembut dan tersenyum manis padanya.
Tangisannya menjadi lebih keras hingga membuat orang di sekelilingnya terheran-heran. Salah seorang sahabat bertanya padanya “apa yang terjadi Sella? Mengapa kamu menangis, bukankah seharusnya kita harus bersukacita di malam Natal ini?
Sella pun tak menghiraukan pertanyaan sahabatnya itu, akan tetapi dia semakin menangis di pundak sahabatnya. “Alangkah baiknya kita pulang saja ya Sel, kamu terus saja menangis dan tidak menjawab pertanyaanku”, kata Mike. Tanpa ragu dia menggandeng tangan Sella dan mengajaknya keluar. Tak berapa lama di luar, tiba-tiba Sella pingsan. Spontan orang-orang yang di sekitar itu kaget dan menolong dia.
“Sella bangun, aku mohon bangun Sella”, katanya. Tak sedikitpun panggilan Mike dijawabnya. Akhirnya, Mike membawa Sella ke rumah sakit terdekat. Sampai disana Mike menelpon kedua orangtuanya. “Ayah dan ibu, maafkan saya tidak bisa menjaga Sella dengan baik”, kata Mike sambil minta maaf.
Ayah berkata, “sudahlah nak, ini bukan salahmu, memang seharusnya kami tidak membiarkan Sella datang ke acara Natal itu”. Toh semuanya sudah terjadi, sekarang kita tunggu saja dia membaik, kata Ayah dengan rasa sedih.
Akhirnya Ayah dan Ibu menjauh dari Mike, dan menyuruh Mike untuk menunggu Sella sampai dia bangun. Ayah, gimana nasib anak kita Sella, Ibu gak mau kehilangan Sella untuk yang kedua kalinya Yah. Sudah cukup masa itu membuat kita semua terpukul, kata Ibu sambil menangis. Apa yang harus kita lakukan Ayah, tidak seharusnya kita biarkan Sella disana Ayah. Pokoknya Ibu gak mau kehilangan dia Ayah, kata ibu.
Mendengar hal itu, Mike mulai curiga, akan tetapi ia tidak banyak bicara. Yang ada pikiran Mike mulai berkecambuk, ada apa sebenarnya dengan Sella.? Ntahlah, matanya hanya memandang tubuh mungil yang ia sayangi terbaring lemah di rumah sakit. Ya, apalagi yang dapat ia lakukan selain menjaganya sepanjang malam.
Serasa mimpi saja, namun malam Natal ini membuat Mike terpukul, saat keinginannya ia dapat luka sayat yang tajam. Tanpa ia sadari, air matapun mulai mengguyur wajahnya hingga ia mulai putus asa dan begitu sedih. Mengapa tidak? Natal seharusnya menjadi harapan baru baginya, kini hanya serpihan kata yang tertinggal. Oh betapa meringis hatiku melihat ini? Tuhan apa sebenarnya yang terjadi pada Sella? Mengapa tak seorangpun jujur terhadapku? Pikiran itu mulai berkecambuk, seolah ingin menerkam dan menggali semua tentang dia.
Keesokan harinya, Sella mulai tersenyum kembali, menawarkan seberkas keceriannya. Pagi mulai menjelma, membawanya pada sosok yang sudah ia ketahui akan selalu menjaga dan melindunginya. “Selamat pagi Mike” sapanya pagi ini.
Mike pun berkata, selamat pagi nyonya super bawel. Sudah sehat? Tidak ada yang sakit? Kemarin malam nangis, udah gitu pakai pingsan segala lagi. Kamu itu kenpa sih? Gak mau cerita samaku?
Haha,, kamu lucu deh, aku gak apa-apa kok. Hanya terbayang akan seseorang aja kemarin. Tapi sudahlah, jangan dibahas lagi, malas aku bahas kejadian kemarin Mike.
Ya sudah kalau kamu masih belum bisa terbuka samaku, yang pasti kalau kamu begitu lagi, aku biarin kamu. Sambil tertawa dan meangkul gadis pilihanya.
“Mike aku pulang diluan ya, aku ingin sendiri hari ini. Lagian ada yang mau aku kunjungi, gak apa-apakan Mike?” katanya sambil tersenyum manis.
Ya sudah aku pulang ya, kamu hati-hati jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya, dadada, kata Mike sambil suara itu hilang ntah kemana.
Aku pun mulai menangis
#potongan cerpenku